Makassar — Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) di Masjid Nurul Huda, Jalan Bontoduri, Kota Makassar, Sabtu (18/10/2025).

Kegiatan ini menjadi ajang strategis untuk menyatukan arah kebijakan, memperkuat koordinasi antar pengurus daerah, dan mempertegas komitmen LDII dalam pengembangan pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Dalam kegiatan tersebut, Wakil Ketua LDII Sulawesi Selatan, Jawiana Saokani, S.Si., M.Pd., tampil sebagai salah satu narasumber. Ia membawakan materi tentang penguatan peran Biro Pendidikan Umum dan Pelatihan (PUP), sebuah biro di bawah LDII yang berfokus pada pengembangan program pendidikan, pelatihan dan pembentukan karakter baik bagi warga LDII maupun masyarakat umum.

Jawiana menjelaskan bahwa pendidikan merupakan fondasi utama dalam meningkatkan daya saing bangsa. Menurutnya, upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus dimulai dari pembenahan sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aspek akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan karakter kuat pada peserta didik. Oleh karena itu, Biro Pendidikan Umum dan Pelatihan LDII berkomitmen merancang kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan zaman, dengan pendekatan yang menumbuhkan kompetensi akademik sekaligus kepribadian yang tangguh dan berakhlak mulia.

Dalam paparannya, Jawiana juga mengangkat konsep pembentukan karakter berdasarkan Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Ia menjelaskan bahwa manusia, terutama anak-anak, belajar melalui proses observasi, peniruan, dan keteladanan. Karena itu, guru dan orang tua harus menjadi teladan yang jelas dan konsisten dalam memperlihatkan perilaku positif seperti kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan empati.

Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa pembentukan karakter dapat dilakukan melalui beberapa tahapan pembelajaran sosial. Pertama, dengan menjadi model teladan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, menciptakan kesempatan observasi yang efektif melalui studi kasus, cerita inspiratif, video edukatif, atau diskusi kelompok yang menampilkan sosok berkarakter baik. Ketiga, memperkuat retensi melalui refleksi — misalnya dengan mengajak siswa berdiskusi kritis atau menulis jurnal refleksi tentang makna perilaku baik yang telah mereka lihat.

Tahapan berikutnya adalah memberi ruang bagi siswa untuk mempraktikkan nilai-nilai karakter melalui kegiatan simulatif seperti role play, latihan kepemimpinan, atau proyek kelompok. Dalam proses ini, guru perlu memberikan umpan balik yang membangun agar perilaku positif dapat semakin kokoh. Kemudian, penting untuk meningkatkan efikasi diri (self-efficacy) peserta didik dengan memberi tantangan bertahap dan dukungan sosial dari teman, guru, serta keluarga. Lingkungan yang mendukung — baik di sekolah maupun di rumah — juga menjadi faktor penting dalam memastikan nilai-nilai karakter terinternalisasi dengan baik.

“Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar. Karena itu, guru dan orang tua harus mampu menjadi contoh nyata yang bisa mereka tiru,” tegas Jawiana.

Selain fokus pada pembentukan karakter, Rakorwil LDII Sulsel juga membahas program Bimbingan Teknis (Bimtek) Ke-Bimbingan Konseling (BK) untuk semua guru, yang sejalan dengan kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Program ini diinisiasi oleh Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus (Dit. Guru Dikmensus) sebagai bagian dari program prioritas 100 hari (quick wins) dalam upaya menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan gembira.

Melalui program ini, Kemendikdasmen berharap seluruh guru, bukan hanya guru BK, memiliki kompetensi dasar dalam bidang konseling agar mampu memahami kondisi sosial, emosional, dan psikologis peserta didik. Peningkatan kapasitas guru BK sangat penting, namun setiap guru juga harus berperan sebagai konselor dan pembimbing yang mampu mendampingi siswa melewati berbagai tantangan kehidupan di sekolah.

Program Bimtek ini diharapkan dapat memperkuat peran guru sebagai agen perubahan yang mampu menghadirkan pembelajaran yang humanis, kreatif, dan bermakna. Guru bukan hanya pengajar pengetahuan, tetapi juga pendamping yang membentuk karakter dan mengarahkan peserta didik menuju kedewasaan berpikir serta berperilaku.

Jawiana menegaskan bahwa peningkatan kapasitas guru adalah investasi jangka panjang dalam membangun sumber daya manusia yang unggul dan religius, sejalan dengan visi LDII untuk mendukung tercapainya Indonesia Emas 2045. Ia berharap Rakorwil ini menjadi momentum konsolidasi bagi seluruh pengurus LDII di Sulawesi Selatan agar semakin solid dan konsisten dalam melaksanakan program pendidikan yang berkelanjutan dan berdampak luas bagi masyarakat.

Dengan semangat kolaborasi dan pengabdian, LDII Sulsel berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam mencetak generasi muda yang berkarakter, produktif, dan berakhlak mulia — generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara moral dan spiritual.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *