Di sudut Kota Makassar yang pagi itu diselimuti semilir angin, riuhnya pengajian akbar tak hanya menghantarkan suara ayat dan doa. Pada hari yang cerah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulsel dan Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan bersatu padu, menyulam manis sebuah harmoni antara jiwa dan raga. Di bawah langit biru, di halaman Pondok Pesantren Roudhotul Jannah, gema ayat suci berbaur dengan harapan kesehatan yang menyegarkan.

Pengajian itu bukan sekadar ritual, melainkan panggilan mendalam untuk membangun generasi masa depan yang tak hanya kuat dalam iman tetapi juga kokoh dalam tubuh. Dalam alur kegiatan yang mengalir lembut, masyarakat menyambut bukan hanya kata-kata hikmah, tetapi juga sentuhan medis melalui cek kesehatan gratis. Tekanan darah naik dan turun menjadi cerita, gula darah, kolesterol, asam urat, dan hemoglobin terukur dengan cermat, menjadi saksi bisu kepedulian yang tulus.

Dr. dr. H. M. Ishaq Iskandar, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, hadir dengan senyum hangat dan kata-kata penuh makna. “Deteksi dini itu, seperti lentera di jalan gelap,” ujarnya, mengibaratkan manfaat kesehatan sebagai pelita pengiring perjalanan hidup. Ia menyematkan pesan kepada generasi muda, bahwa tubuh sehat adalah sayap untuk terbang tinggi menyongsong Indonesia Emas 2045. Dengan suara yang lembut namun tegas, ia mengingatkan agar menjauhi racun kehidupan: rokok, narkoba, dan perilaku merusak lainnya. “Hidup sehat itu investasi masa depan, bukan kemewahan,” katanya.

Dari panggung dakwah, Ketua LDII Sulsel, H. Asdar Mattiro, menyampaikan bahwa kolaborasi ini bukan sekadar acara seremonial tetapi benih yang ditanam dengan harapan tumbuh subur. “Kami ingin mendidik generasi tidak hanya dengan ilmu agama, tetapi juga kesadaran akan pentingnya merawat tubuh yang menjadi amanah,” tambahnya. Ia menegaskan pentingnya menjadikan kesehatan sebagai budaya dan hak setiap warga, terutama yang selama ini sulit mengakses fasilitas kesehatan.

Seiring detak jarum jam, rasa syukur bercampur harap di hati setiap peserta. Mereka menerima layanan kesehatan seperti mendapat sahabat yang mengingatkan untuk selalu menjaga diri. Data hasil pemeriksaan akan tersambung dalam jaringan Satu Sehat, sebuah jembatan digital yang mengantar mereka ke langkah kesehatan selanjutnya.

Acara itu bagaikan titik temu antara langit dan bumi; antara doa yang menguatkan jiwa dan perhatian yang menyembuhkan raga. Di tengah pandemi penyakit tidak menular yang merenggut tanpa suara, sinergi ini membuka jalan baru. Ia menggugah kesadaran bahwa iman tanpa kesehatan adalah seperti taman tanpa bunga, dan kesehatan tanpa iman ibarat kapal tanpa haluan.

LDII Sulsel dan Dinkes Sulsel mengundang kita semua untuk menyulam benang-benang kesadaran: menjaga tubuh, memupuk jiwa, dan bersama-sama melangkah menuju masa depan gemilang. Di sini, di Makassar, sebuah harapan lahir, sederhana tapi berakar kuat—Indonesia sehat, religius, dan penuh makna menuju 2045.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *