Lamasi (7/12). Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI) menggelar kompetisi turnamen sepak bola perdana di Sulawesi Selatan (Sulsel), dengan menggandeng FORSGI Lamasi sebagai tuan rumah. Kompetisi turnamen ini digelar di Lapangan Lamasi, Sulsel selama dua hari, Sabtu-Minggu tanggal 3 dan 4 Desember 2022.
Ketua Asosiasi Pelatih Sepak Bola Sulawesi Selatan, Marwan Iskandar, FORSGI Lamasi telah memahami cara mendidik pemain, serta memiliki fasilitas yang cukup memadai. “Saya sangat senang dan merasa terhormat, karena begitu saya datang melihat Kecamatan Lamasi, ternyata LDII-nya memiliki Forsgi. Pengurusnya bagus, memahami tentang lapangan seperti apa yang baik, anak-anak generasinya terdidik seperti ini, serta fasilitas yang lainnya cukup memadai,” ujarnya.
Ia juga menambahkan FORSGI Lamasi yang terbentuk ini bisa menjadi contoh untuk Kabupaten atau daerah lain. “Pekan depan, kami akan mengadakan kegiatan ini di Kecamatan Suli, dan penataan acara serta program FORSGI Lamasi ini bisa dicontoh oleh Suli dan daerah lainnya. Program FORSGI ini bagus, sebab bersinergi dengan program APSSI. Dan insyaallah pelatih-pelatih FORSGI Lamasi yang belum memiliki Lisensi D, kami akan membantu memfasilitasinya, bukan hanya Lamasi tetapi kalau bisa FORSGI yang ada di Luwu Raya, terutama di empat Kabupaten,” imbuhnya.
Turnamen sepak bola dengan slogan “Bermain, Belajar, dan Bergembira” itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemain sepak bola mulai dari usia 6 sampai 13 tahun, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan.
Sementara itu, Ketua Dewan Penasehat DPD LDII Kab. Luwu sekaligus Pembina FORSGI Lamasi, Legiman dalam sambutannya menyampaikan bahwa APSSI dan FORSGI memiliki visi-misi yang sama, yaitu membentuk karakter generasi muda.
“Alhamdulillah, lapangan kita di Lamasi ini menjadi tuan rumah kegiatan Liga APSSI Cup seluruh Luwu Raya 2022. APSSI dan FORSGI memiliki kesamaan tujuan, yakni membentuk anak-anak yang berkarakter, berakhlakul karimah, serta bisa mandiri dalam segala hal,” ungkapnya.
Legiman juga berharap kegiatan seperti ini berkelanjutan. “Kami berharap kegiatan ini bisa berkelanjutan, sehingga seperti yang disampaikan Ketua Forsgi, bahwa anak umur 6 sampai 10 tahun adalah anak pada masa bermain, sama dengan pendidikan formal seperti itu juga,” ujarnya.
Menurutnya, pada usia 12 sampai 15 tahun adalah pengenalan skill, teknik, atau cara bermain bola, sehingga usia 15 keatas sudah mulai ada namanya pengembangan permainan menjadi pemain bola profesional.
Kompetisi sepak bola yang bertujuan memberikan ruang kepada generasi muda, diikuti oleh 16 tim untuk usia 12 tahun dan 12 tim untuk usia 10 tahun. Para peserta diajarkan teknik serta cara mengatur strategi formasi permainan di lapangan, sehingga meningkatkan kemampuan sepak bola mereka.
Acara kompetisi ini juga, tidak hanya diselenggarakan di satu daerah, tetapi juga digilir setiap daerah yang ada di Sulsel, sehingga semua pemain memahami bagaimana bermain di daerah lain, bukan hanya di daerah sendiri. Selain itu, diharapkan kompetisi ini sebagai jembatan generasi muda untuk mewakili daerah dalam pertandingan liga sepak bola, baik antar provinsi maupun tingkat nasional. (Eva)